Sewindu Tanpa Buah Hati, Masih Romantiskah?



"Sudah delapan tahun tanpa anak apa rasanya ya,?" kata salah satu fans saya.


Saya ketawa saja kepada orang yang heran dengan pertanyaannya sendiri.

Long time ago, awal menikah saya pikir setiap orang menikah, kawin tepatnya, si perempuan akan langsung hamil begitu sudah satu kamar. 

Padahal saya termasuk kalangan wanita sok suci yang menikah cepat karna faktor memang sudah tak tahan lagi dengan pacaran. Dan juga bercita-cita kalau wisuda S1 nanti sudah gendong baby,,, kan lucu ya foto wisudanya sudah berkeluarga hahahha, khayalan.

Faktanya Tuhan punya rencana lain, dan ujian datang bertubi-tubi, mulai dari pertanyaan, ocehan, lirikan hingga hinaan bahkan berasal dari keluarga sendiri sampai suami yang sudah tak percaya lagi. Bagaimana perasaan saya, tahun pertama hancur, tahun kedua lebih hancur, tahun ketiga mau gila, tahun keempat perang dunia ke 16 dan tahun kelima tampak tak normal. 5 tahun itu bukan tanpa usaha. Yah tak usah diceritakan bagaimana usahanya mulai dari klinik hingga klenik.

Di tahun keenam saya mulai perduli dengan diri sendiri, kenapa mesti repot dengan orang lain, terlebih budaya keluarga di Indonesia menikah tanpa anak rasanya koq tidak bisa bahagia. Saya mulai terbuka dengan hal-hal diluar manusia julid itu, saya merencanakan perjalanan backpacker solo pertama saya keliling jawa, saya ingin mengenal diri sendiri. 


Tahun ketujuh mulai pergi agak jauh untuk me time dengan teman-teman berlibur ke negri sebrang. Pulang-pulang serasa punya pikiran baru dan tentunya kangen sama suami yang membuat hubungan semakin ahhh. Tapi bukan berarti terus seperti cinderella donk ya, happy ever after, saya diuji lagi dengan kepergian my beloved once, my mom. Alfatihah

Tahun kedelapan, 2019. Punya renjana merencanakan masa depan dengan tidak memikirkan diri sendiri dan fokus di komunitas sosial yang saya bangun.


Mulai serius urus suami dan keuangan, sekaligus serius minta me time ke suami setiap setahun sekali, agar tercipta keharmonisan yang sesuai dengan zaman. Meskipun terkadang beliau sangat ingin sekali punya keturunan, agar saya betah dirumah.

Terus bagaimana dengan masyarakat sekitar yang sewot tadi, haha loh saya koq lupa ya pernah dihina hahaa.

Bagaimana saya menghadapi hal kampret semacam badai itu, tak lain adalah cara bersyukur saya diperbaiki, mulai bersyukur dari hal kecil, serta fokus terhadap passion saya dan tetap menulis untuk menjaga kewarasan saya selama setahun terakhir ini, jangan lupa berdoa kepada Ilahi dan mencium udara segar.

Yang terakhir itu saya nikmati berdua sebulan sekali bersama suami meskipun naik motor dan ketempat yang dekat saja, artinya semua dinikmati. 

Lagian masih delapan tahun koq, gimana yang 10 tahun, 15 tahun bahkan Nabi Ibrahim yang puluhan tahun dan divonis mandul, "kun fayakun" adalah jawabannya, tetap sabar dan yakin itu terbaik dari yang Maha kuasa.

so, masih julid lu jombs,,,,, 


Sewindu Tanpa Buah Hati, Masih Romantiskah? Sewindu Tanpa Buah Hati, Masih Romantiskah? Reviewed by Ceritajalan.com on Mei 29, 2019 Rating: 5

12 komentar:

  1. Adek kami pun dah 6 tahun belum punya momongan kak.

    Dia santai aja, menganggap belum waktunya.


    Semangat kak echy,, g usah dengar segala bentuk kejulidan orang2..

    love love ♥♥

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya loh cha udah tahap ga kudengar lagi cakap2 sampah itu. hahaha

      Hapus
  2. Rezeki orqng beda sis.. nikmati aja . Yang penting tetep bahagia

    BalasHapus
  3. Julid, nama bulan setelah Juni hihihi..

    Belum punya anak, ditanyain Kok belom punya,
    Blom nikah ditanya kapan kawin,
    GAk nikah punya anak, dikepoin kapan kejadian nya,
    Nikah Anak satu, ditanya kapan nambah,
    Anak Dua perempuan, diminta tambah laki laki,
    Punya anak laki laki, disuruh hamil lagi biar dpt perempuan.
    Udah laki perempuan, disuruh nbah lagi juga,
    Dibanyakin Anak heran, Kok Hari Gini banyak Anak..


    Banyak manusia yang sukak mengerjakan pekerjaan Tuhan,
    Seolah lebih Tau, Paling tau...

    Waspadalah!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awak ada di daptar mba siska ini.

      Dulu anak satu disuruh tambah biar jadi dua..

      Sekarang dah tiga, laki semua. Suruh tambah lagi biar ada perempuannya..

      Aku sih mau aja. Tapi ko yang bayar ya biayanya. Anak aku mahal mahal...

      Bah!!!

      Hapus
    2. Ya. Kan pening lah Bertha kek gt,,,

      Hapus
  4. Capek kali denger komentar orang kan ya. Terakhir jadi bodo' amat, ya hidup punya gue kok, elu yg sewot,, wkwk.. Rejeki itu udah ada yang atur, syukuri yang sekarang udah dikasi. Nanti akan tiba waktunya Allah kasi lebih lagi.

    BalasHapus
  5. Semangat kak , tidak ada yg tidak mungkin kalau Allah sudah berkehendak :D btw kak desy PCOS juga kah?

    BalasHapus
  6. Semangat ya, Mbak Desy. Emang bener, omongan orang jangan didengerin semua. Toh ini hidup kita, bukan hidup mereka. Untuk masalah momongan, semoga segera diberi oleh Allah. Aamiin.

    BalasHapus
  7. mbak, saya baca ini kok salut ya, karena mampu memanage omongan julid orang2, hidup tanpa anak bukan berarti ga bahagia, itu bener sih, kebahagian itu kita yang ciptakan. semoga Allah segera mempercayakan amanah ke keluarga mbak, ammiiin ya Rab

    BalasHapus
  8. Semangat mba,, saya mau tiga taun rasanya hampa dan hambar tp blm ada apa2 nya ya mba, mau spt mba desi pinter nulis biar byk dpt job hehehe

    BalasHapus

Terimakasih sudah memberi komentar dengan sopan

Diberdayakan oleh Blogger.