Omah Minggir dan Catatan Pinggir Sawah




Tempat menepi, suara kicau burung, deru angin sepoi-sepoi, pepohonan rindang dan hijau, serta sawah membentang. Ada yang menarik di rumah ujung jalan berkelok, warung kopi sekaligus penginapan (homestay) sederhana yang menggembirakan, ya sejauh ini kenyamanan adalah harga yang pantas untuk menjadikan tempat ini menghindar dari keluh kesah drama perkotaan, sebab itu menepilah ke pinggiran sebentar, ke Omah Minggir. 


Siapakah orang yang tak ingin ke Jogja? Sudah dipastikan tidak ada, pastilah setiap insan Indonesia di bagian manapun ingin merasakan liburan di kota budaya, kota pelajar, kota seribu candi, kota ramah tamah, dan kota dengan lifestyle murah tapi tidak murahan. 

Saya menuju objek berupa rumah di pinggir sawah ini memang sengaja ingin menepi dari dunia tipu-tipu (ceileh seperti lagu Yura nih) yang baru saja saya alami, bekas luka itu harus diobati dengan suasana baru dan menyendiri, agar saya lebih dalam lagi fokus terhadap diri dan mengenal diri lebih baik lagi. 

Perjalanan menuju ke sini bisa di tempuh dengan ojek online bila anda berada di tengah kota Jogja, untuk detailnya cek dari akun instagram nya @omahminggir , ternyata tempat ini sangat nyaman sekali, sejuk dan menenangkan, interior dan eksterior desain rumah ini seperti zaman dahulu, dengan joglo besar seperti ruang tamu yang disulap jadi kafe, berkunjung ke tempat ini seperti pulang kampung yang sedang menginap di rumah saudara. Meski pemiliknya tidak ada di tempat, tapi pegawai maupun ibu (yang akhirnya saya tahu beliau adalah ibu dari ownernya) seperti keluarga menjamu kedatangan saudara yang lama tak bersua, sepertinya kedatangan saya itu telah ditunggu lama.



Sambutan hangat mereka tak lengkap bila tak disuguhi sesuatu, ya benar saja, saya diberi teh teko yang wanginya menyeruak ruangan tersebut, sore hari, udara sudah mulai sejuk, teh hangat beserta kudapan kecil seperti tahu dan tempe mendoan panas sangat pas sekali dibarengi dengan hembusan angin sepoi-sepoi di balik daun bambu. Teh wangi melati dengan gula batu keemasan, cantik sekali. 

Setelah sambutan hangat dengan obrolan bersama mereka, tertawa kecil karna saya dari Medan dengan logat yang khas, saya seperti komika yang sedang manggung, mereka gembira dengan obrolan tersebut, saya pun demikian. Lalu, tak lama Pak Tar, begitu panggilannya, mempersilahkan saya masuk ke kamar. Duh kamarnya wangi sekali (seperti kamar pengantin baru, begitu dalam hatiku), desain ruangannya epik, kasur empuk, dan dominan kayu. 

Menuju malam, suara suara alam satu persatu mulai muncul, ada suara tokek, daun bergesekan angin, suara jangkrik,  tarik selimut, dan bersantai. Tak lama kemudian saya tak bisa tidur, duduk di joglo besar sambi menyeruput susu jahe, saya bertemu perempuan mandiri dari ibukota Jakarta. Kita berkenalan dan berbincang hingga larut. Ya se-frekuensi itu ternyata kami. Hingga merencanakan esok pagi kita ngapain aja. 

Kabut pagi hari, pukul 6 saat itu, masih tebal, dingin dan matahari belum terlalu bersinar, kami menaiki sepeda untuk berkeliling sawah. Bertemu orang setempat, anak sekolah dan petani tentunya. Tak ada yang lebih indah daripada bertegur sapa dan direspon dengan sopan. Semua yang muda menundukkan kepala kepada yang lebih tua, meski tidak mengenal baik seseorang itu. 



Tak lama kembali dari bersepeda, kita sarapan, tentu saja dengan teh teko andalan omah minggir, saya menyapa tanaman, ikan di kolam, dan memilih berkegiatan menantang matahari bersama daun-daun dan pepohonan sekitar, walau sedikit cabut rumput agar berkeringat. Saya menyenanginya. 

Siang hari, berbahagia karna sangat ngantuk sekali, jadi saya tidur sampai sore, dan menjelang malam dilema, tapi apapun itu saya tetap nyaman tinggal di rumah tersebut, and find a little peace inside. 

Oh ya, by the way, si ibu owner tersebut mirip sekali dengan almarhumah ibuku, ya perawakannya, wajahnya, rambutnya, kulitnya, entahlah, seusai dari tempat tersebut saya berpisah, tak terasa air mata haru jatuh dan menghilang di tengah kencangnya motor ojek online. 

Selamat sembuh kawan-kawan. Mari bahagia. 


Omah Minggir dan Catatan Pinggir Sawah Omah Minggir dan Catatan Pinggir Sawah Reviewed by Ceritajalan.com on Agustus 13, 2022 Rating: 5

14 komentar:

  1. Rasanya jauh dari kata hectic si omah minggir ini ya kak. Buat yang butuh ketenangan pas kali lah memang ke sini kak. Biar kenal value diri dan self love.

    Duh dah kangen jadinya sama mak ponder ❤

    BalasHapus
  2. Pengen kali la ke Jogja terus singgah ke Bandung berharap dapat jodoh, oleh oleh yang dibawa untuk emak dan bapak. hahahaha
    Sehat Sehat disana ya Ka, kumenanti cerita jalanmu.

    BalasHapus
  3. aku baru ke Jogja sekali, pengen lagi ke sana naik kereta, rasanya ga puas ya kalau sebentar di sana, pengennya eksplor banyak tempat dan kuliner Jogja

    BalasHapus
  4. vibe jogja sangat mendukung sekali untuk wisata kuliner santai disana, kerasa khas gitu yak..

    BalasHapus
  5. Bikin penasaran aja sama kamarnya yang wangi kayak buat pengantin baru hehehe :) Suasana Jogja memang selalu menenangkan jiwa raga. Berkali2 ke Jogja aku ga pernah bosan, malah ingin lagi dan lagi. Perawakan si ibu mirip ibunda almh ya mbak, jadi ada melow2nya, Al Fatihah buat ibunya.

    BalasHapus
  6. Sepertinya sejuk banget mbak suasana di omah minggir ini. Cocok banget buat healing ehehhehe
    Btw emang nih Jogja bikin mupeng, soon semoga bisa berkung ke Jogja dan sesekali singgah di Omah Minggir ini

    BalasHapus
  7. Paragraf penutup membuat mataku berembun, Mbak. Masya Allah, bener-bener seperti pulang ke rumah ibu dan melepas rindu....

    BalasHapus
  8. Sederhana tapi menyenangkan ya mbak omah minggir ini. Betah nih kalau lama-lama di tempat seperti ini, apalagi sembari ngobrol sama teman atau keluarga

    BalasHapus
  9. Suka dengan lingkungan Omah Minggir ini, adem, tenang, asri, dan mengingatkan kita sama kampung halaman, makanannya juga keliatan nikmat ya kak walau tampak sederhana gitu

    BalasHapus
  10. Sepertinya sejuk, tenang, dan nyaman ya. Memang pas seperti namanya "Omah Minggir". Menepi dari keriwehan akan sedikit menenangkan.

    Foto kamarnya nggak ada ya kk. Btw, tarif penginapannya berapaan ya kk?

    BalasHapus
  11. Terharu baca paragraf terakhirnya, Ci... kk juga pernah gitu,, lihat ibu penjual takjil di dekat rmh, kk tertegun sepintas mirip mamak kk yg udah 9 tahun meninggal, abis tu mbatin jg rindu,, trus gak terasa mata basah.

    Nice cerita ttg Omah Minggir nya nih Ci... kereen

    BalasHapus
  12. Waaahh andai ada beginian di Medan ya 😍 memang wisata alam, salah satunya persawahan, sangat membantu proses healing mah. Itu kenapa, liburan itu butuh metode. Kalo pemulihan tempatnya aja salah, pasti deh seluruh perjalanannya akan kacau 😅

    BalasHapus
  13. Suasananya tenang ya kak. Bisa bikin proses healing jiwa beneran. Di jogja banyak suasana kek gini memang. Tapi kalo dv sendiri kok agak2 spookie rasanya, haha..

    BalasHapus

Terimakasih sudah memberi komentar dengan sopan

Diberdayakan oleh Blogger.