Eksplor Tanjung Pura, Langkat, Sumatra Utara




Di hari senin yang cerah tanggal 10 september saya dan teman saya Hardi berencana sudah seminggu yang lalu untuk bepergian eksplor tanah melayu, Langkat, khususnya Tanjung pura, kenapa karena ada ikon terkenal disana sebut saja Masjid Azizi, masjid peninggalan sultan langkat yang berkebangsaan melayu yang dibangun pada tahun 1902.  Terus saya juga dapat undangan pesta dari teman saya yang kebetulan lokasi pestanya di Tanjung pura, what a blessing,,,
Maka kita mulailah petualangan dengan susun rencana untuk berjumpa, Nah berikut kita runut darimana saja perjalanan ini dimulai.

1. Stasiun Kereta Api Medan

Awal mula perjalanan kami, saya yang dari Medan memulai siap-siap pada pagi hari yaitu pukul 7 pagi sudah berada di stasiun besar medan, tenang, tidak ada jurusan kereta api dari Medan ke Langkat, tapi saya berhenti di stasiun kota Binjai, dari Binjai saya dijemput teman saya Hardi, yang kebetulan dari rumahnya staiun KA Binjai lebih dekat, dan dari situ kami eksplor naik motor berdua.

pintu depan, pintu masuk stasiun Medan

pembelian tiket dari medan-binjai cukup datang ke counter/loket 1 sudah mulai dibuka setiap hari dari jam 5 pagi
langsung dapat tiket dengan harga hanya lima ribu rupiah

bisa juga cetak e-ticket dari mesin itu untuk perjalanan yang lebih jauh atau tiket yang sudah dibooking dari aplikasi KAI
langsung masuk kedalan ruang tunggu setelah di scan tiket oleh petugas


2. Stasiun KA Binjai 

Perjalanan naik KA dari Medan menuju Binjai, cukup setengah jam maka pada pukul 8.30 wib saya sudah sampai di stasiun yang masih mempertahankan bentuk asli bangunan dari zaman belanda ini, maka tak salah bila stasiun ini menjadi cagar budaya milik kota Binjai. Sambil menunggu Hardi menjemput saya duduk sambil buka sosmed, di depan stasiun ada tempat duduk untuk menunggu, sayang para tukang becak agak rusuh menawarkan jasa transport nya kepada penumpang yang baru turun atau keluar dari KA.


penakan depan dari stasiun
       menjadi salah satu bangunan cagar budaya

3. Kota Stabat

Pemberhentian kami selanjutnya setelah di KA Binjai adalah kota Stabat yang merupakan ibukota dari Kabupaten Langkat, untuk memenuhi hasrat berfoto, kami singgah di gedung balai pertemuan masyarakat melayu yang berada di pusat kota stabat, gedungnya mirip sekali dengan istana atau rumah kebanggan masyarakat melayu dengan ornamen dan warna dominan kuning, saya sendiri tak juga lupa untuk mengambil beberapa foto di sini.

Dilihat dari bentuknya, gedung yang mempunyai 2 lantai ini mempunyai fungsi sebagai tempat masyarakat Melayu berkumpul untuk membicarakan hal-hal penting terkait adat dengan para pengurus atau tetua adat yang dihormati dengan menjunjung tinggi adat istiadat serta melestarikan buadaya Melayu khususnya di wilayah Langkat. 





Gedung ini berada di belakang dari gedung balai pertemuan
setelah puas dengan foto-foto kami pun melanjutkan perjalanan langsung ke Tanjung pura yang merupakan kota kecamatan dari kabupaten Langkat, melewati jalan utama lintas sumatra-aceh, dipinggir kanan-kiri kecamatan hinai sebelum masuk ke tanjung pura ada penjual jambu madu yang manis kami pun berhenti untuk membeli secukupnya untuk mengisi kekosongan perut, karna hari beranjak siang yaitu pukul 10.45 siang, hingga sampailah kami di Tanjung pura. 

3. Tanjung Pura

Setelah memasuki gerbang dengan tulisan Selamat Datang di Tanjung Pura, kami pun langsung ke objek utama tujuan yaitu masjid Azizi, ternyata masjid ini luar biasa indahnya, dominan berwarna kuning dengan dihiasi nuansa hijau, menara tinggi serta ada pemakaman sultan/raja atau pahlawan nasional T. Amir hamzah. Datang ke objek ini cocok sekali bagi yang ingin wista religi atau ziarah apalagi pada musim bulan puasa atau libur lebaran, karena bakalan ramai sekali orang-orang yang datang.





tampak samping



menara tinggi disamping masjid

makam para sultan

mimbar yang tinggi

pintu masjid dari depan

jendela dengan hiasan kaca mozaik


Dari bentuk dan konsep masjid-masjid tua atau peninggalan kerajaan melayu di Sumatra Timur punya ciri yang hampir sama seperti dominasi cat berwarna kuning dan hijau, hiasan ornamen atau kaligrafi seperti perpaduan dari Turki dan Arab serta kubah besar berwarna hijau gelap bahkan seperti hitam. untuk lihat bagaimana isi dalam masjid ini, bisa cek di video berikut.





4. Kedai Kopi Restu

Puas mendokumentasi si Masjid, hari sudah terik artinya perut kami juga mulai keroncongan, jalan lurus, mengikuti jalan sudirman tanjung pura, terlihat sisi kanan ada pemandangan lazim, sepanjang itu rumah-rumah toko/ruko zaman dahulu berjejer sama bentuk, rumah-rumah ini biasa kita jumpai di berbagai daerah Sumatra Timur, seperti di Galang, Lubuk Pakam, Tebing tinggi,  Pancur batu, Tanjung Pura sampai waktu saya ke Penang dan Malaka juga ada, tak lain di pusat kota Medan sendiri seperti kawasan jalan hindu dan Kesawan, hal ini menunjukkan bahwa hunian Pecinan ini berekspansi ke jantung kota menandakan maju nya pergerakan ekonomi suatu tempat/kota, juga mempunyai pola yang sama dalam hidup, menurut hemat saya ya disitu rumah ya disitu juga tempat usaha. Mungkin kawan-kawan ada yang tahu lagi dimana bisa menjumpai rumah-rumah seperti dibawah ini.


masih tampak sepi karna belum masuk ke area pasar
kedai kopi legendaris

tampak depan, sudah ada gerobak mi rebus yang menggugah selera

masuk kedalam, sebelah kanan etalase soto dan kiri etalase roti
paling belakang adalah station bar, alias tempat meracik minuman, apalagi kalau bukan kopi dan teman-temannya
Begitu kami sampai, langsung memesan menu seperti foto dibawah, ini adalah menu ringan ala kami, mungkin sudah banyak blogger kota medan yang mengulasnya, iya kedai kopi ini begitu tersohor namanya dikalangan para pejalan lintas utara sumatra, terlebih di menu andalan mereka seperti roti bakar srikaya dan kopi susu nya, sayang karna kami terlalu cepat datang roti itu belum tersedia, jadi kami pesan yang sebangsanya saja, yaitu roti gulung tetap dengan isi selai srikaya, dan juga bukan penikmat kopi maka kami pilih es teh manis dan mi rebus udang seporsi, lumayan untuk mengganjal perut sebelum isi yang padat.

menu yang kami pesan

pengganti roti yang hits karna belum matang jadi pesan yang ini.
Ini adalah pengalaman terbaru bagi kami, setelah mencicipi suapan pertama mi rebus serta rotinya kami cuma bisa senyum dan nyengir, iyah karena menurut lidah saya dan Hardi, rasanya cuma BIASA saja, malah kesimpulan lidah saya di roti gulung tersebut seperti makan roti yang kurang mentega, membuat tenggorokan saya seret, dan mau minum saja. Yah mungkin beda orang beda selera, tak lama setelah itu kami pun membayar semua menu tadi, semuanya sekitar 51 ribu rupiah.

kami pun melanjutkan perjalanan menuju lokasi pesta teman saya itu, bye kedai kopi, next kalau ada tempat singgah yang lebih mantap lagi mungkin saya akan singgah.

5. Menuju Lokasi Pesta

Pukul 13.25 masih ada waktu untuk sholat zuhur, maka kami pun mencari mesjid, yah bila anda sedang dalam perjalanan naik bus dari medan-aceh maka akan melewati wilayah yang banyak mesjid-mesjid indah, saya berpikir akan mengganti kostum dan touch up sedikit supaya lebih rapi karna mau undangan.



masjid yang cantik

hiasan didalam kubahnya


rumah adat melayu yang dominan disekitar tanjung pura, posisi berada di sebelah mesjid, rata-rata mempunyai bentuk seperti rumah panggung dengan tangga berada di depan.

sampailah kami dilokasi pesta, ini adalah jalan masuk menuju rumahnya yang berada di balik mobil-mobil itu, ternyata lokasinya tak jauh dari masjid yang kami singgahi tadi.

ini dia pengantin perempuannnya adalah teman saya bernama Fina, sampai juga kaki melangkah ke tanjung pura 
Setelah makan enak di pesta yang kental dengan adat Melayu nya serta hiburan dengan musik dan biduan melayu, kami bergerak langsung pulang agar tak kemalaman saya sampai Medan, dari situ saya ganti kostum lagi biar nyaman di mesjid yang tadi, lalu arah pulang ke statsiun KA Binjai dan Hardi mengantar saya sampai kereta mau berangkat.



Terimakasih Langkat, Bersatu Sekata Berpadu Berjaya.







Eksplor Tanjung Pura, Langkat, Sumatra Utara Eksplor Tanjung Pura, Langkat, Sumatra Utara Reviewed by Ceritajalan.com on September 17, 2018 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Terimakasih sudah memberi komentar dengan sopan

Diberdayakan oleh Blogger.